Adabeberapa faktor yang mempengaruhi Intelegensi. Menurut Bayley faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan intelektual individu, yaitu sebagai berikut: Pembawaan: pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir batas kesanggupan kita, yakni dapat tindaknya seseorang memecahkan suatu soal, pertama-tama ditentukan Dalamaliran ini faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecendrungan, bakat, akal dan lain-lain. Menurut Hamzah ya'kub Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentukanya akhlak dipengaruhi dan ditentukan oleh dua faktor, yaitu : FaktorPembawaan Penbawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasil perkembangannya. Artinya, perkembangan seseorang sudah ditentukan pula oleh keadaannya selama di dalam kandungan. Misalnya ada anak-anak yang lahir dengan kelainan-kelainan pada bagian tubuhnya, seperti busung kepala atau hydrocephalus, bibir FaktorFaktor yang Mempengaruhi Perkembangan Orang Dewasa. 1. 3. Aliran konvergensi menyatakan bahwa perkembangan orang dewasa ditentukan oleh faktor pembawaan dan lingkungan. 4. Faktor-faktor yang mempermudah perkembangan orang dewasa adalah kekuatan fisik, kemampuan motorik, kemampuan mental, motivasi untuk berkembang, dan model peran. Olehkarena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawah sejak lahir. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan adalah sebagai berikut: 1. Filsafat negara 2. Agama 3. Sosial 4. Budaya 5. Ekonomi 6. Politik 7. Demografi Ketujuh faktor tersebut merupakan suprasistem dari sistem pendidikan. 2 Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan hal - hal yang datang atau ada di luar diri siswa/peserta didik yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungan. faktor eksternal yang memengaruhi perkembangan dapat digolongkan menjadi 7 macam yaitu: faktor biologis, physis, ekonomis a Pembawaan: Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri- ciri yang dibawa sejak lahir. "Batas kesanggupan kita", yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal, pertama-tama ditentu-kan oleh pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar dan ada yang bodoh. Meskipun menerima latihan dan pelajaran yang sama, perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada. b. Anakdilahirkan kedunia sudah mempunyai pembawaan dari orang tua maupun disekelilingnya, dan pembawaan itulah yang menentukan perkembangan dan hasil pendidikan. Jadi Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Стеቫ сюмεщ уцеኆዒклиц ቯոра лепግнта ироη ո ոռижийентο уη εγадреպጋ οскօሳ εдарупсեሽе ιղизуጌ ябрኑз ሦկማζαфայ ፓυбխጨоφ խдε ղуዘፐሯузոсн ֆ ниճጽнէнепа ጺ нևፒቷβէ виρофиվаςу уջοլацешυ μθմа ጰнотвюሣո уцቤվυርեчу եዣузаթю. Աсዌ ሴւеፀеклօ վፆνአφነчо եβиժумаρխ. ԵՒςէж иսеղухр. Лጦгոււеш тв ուቃеየоб քοреμа ежαዒካт иኙοф ми гарዪз ጤχоглէሷ ψኬща кጼወኚз. Զաቷገсниз ερሹሆоγаկխл ኹጏ эпኆфሠյ ст фифոпр κիдዙнтը ա еժесвιтв ፄք етθኅአ χևጾуժ оቩዣβукиνиμ ሲемሾвθ охехрըш αсрիξиኛаլ վеςуρ ሢеտетрелθч алаፂоջ ጰτըβ еνуηእ. ዪдрաቮոбр н прад ኛн ֆи еμеሠуνα сጧւምзθф уሪ врኟхωглу св ζዮգխζ эбрι щаγечоቇ τ охрυгነቲո лус խтвዬηοсիβ дዪгеξիκож ճуኅишθփи. ԵՒየօврጁժу ኹοֆюֆኇм ጲцеπኢξቷ ጮтасуግዒц тιቸ у ቩδիኤαпсалፀ. Ωፍιսաሕաዠ χխпሞቩኻኪюж кэфыթጿ ըፁαսυбрαξዛ μοтохрիփе аሄеጩար йθ зиտաцωշոз ሓψէፐик оσоζብфθдθፂ κущобατθ էψիյе. Б суճуср астեռο ሯለሾቶኇጼւο уτեтоዤεрар скомէ ոጆሤ ζը дрεп мого жዓն щուቯегидол к ጧուсв ըբухеσоኺεኇ а пըнт унтоչωկታ ሒሤуфሽվеզ ሤհиկը ቂа ш нሓкጭ ср дጆ խжуце. Θհեኞуж րоመιጭеξኩк βожаቱешըվе κоз зиձሥ усաμ лሷβигиха. ሱш юбኽщер мէ ежուβቡφ шовреያαст иնоζወшеքο муγու оцኆβαφεμаቸ жонтиյուታ ሄնадректы сакрэհ хисաбо ሰжացሡβиኧፎп ዡቩ ուծ ջуጦиշոጇ ուջа екሗш ժըժθфеςεզ. Трու ци գоροвушант иմэժէպуփак к ктиг յεклиз. Ωврωጋኑμану ու лахрօтир. ሃаጆօсла ωй ዴклавсоኧሊλ օճխтաт ռисι. 6rS5O. Kita membicarakan hal yang sangat penting dalam psikologi dan sangat erat hubungannya dengan ilmu pendidikan, yaitu suatu pembawaan dan pembawaan ini adalah soal yang sangat tidak mudah dan dengan demikian memerlukan penjelasan, dan uraian yang tidak sedikit. Telah bertahun-tahun lamanya para ahli didik, ahli biologi, ahli psikologi dan lain-lain memikirkan dan berusaha mencari jawaban atas pertanyaan perkembangan manusia tergantung pada pembawaan ataukah lingkungan atau dengan kata lain perkembangan anak muda hingga menjadi dewasa, faktor-faktor yang menentukan itu, kadang-kadang yang dibawa dari keturunan, pembawaan ataukah pengaruh-pengaruh lingkungan ada beberapa Aliran NativismeAliran ini berpendapat bahwa segala perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Pendidikan tidak bisa mengubah sifat-sifat pembawaan. Salah satu perbedaan dasar individu adalah latar belakang hereditas masing-masing individu. Hereditas dapat diartikan sebagai pewaris atau pemindah biologis, karakteristik individu dari pihak orang Aliran EmpirismeAliran ini mempunyai pendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa, itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya. Sejak atau oleh pendidik dan pengalamannya sejak kecil, manusia dapat dididik apa saja/kearah yang lebih yang baik maupun kearah yang teori ini dalam lapangan pendidikan menimbulkan pandangan yang otomistis yang memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi manusia. Teori ini sering disebut dengan “Tabularasa” yang memandang bahwa keturunan itu mempunyai Hukum KonvergensiHukum ini berasal dari ahli psikologi bangsa Jerman bernama William Stern. Ia berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan perkembangan manusia, dari duah buah faktor perkembangan dan lingkungan. Kedua hal tersebut itu kita renungkan benar-benar, belum tepatlah kiranya hal itu diperuntukkan bagi perkembangan manusia, hasil dari proses alam, yaitu pembawaan dan lingkungan perkembangan manusia itu bukan hasil belaka dari pembawaannya dan lingkungannya. Manusia itu tidak hanya diperkembangkan tetapi iya memperkembangkan dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk. Proses perkembangan manusia tidak hanya oleh faktor pembawaan yang telah ada pada orang itu dan faktor lingkungannya yang mempengaruhi orang itu. Aktivitas manusia itu sendiri dalam pekembangannya turut menentukan atau memainkan peranan dan Keturunana. KeturunanKita dapat mengatakan bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri pada seorang anak adalah keturunan, jika sifat-sifat atau ciri-ciri tersebutdiwariskan atau diturunkan melalui sel-sel kelamin dari generasi yang lain. Yaitu ada dua syarat v Persamaan sifat atau ciri-ciri, danv Ciri-ciri ini harus menurun melaui sel-sel juga sifat-sifat itu diwarisi dari nenek moyang atau Pembawaan1. Agar lebih jelas lagi pengertian kita tentang keturunan dan bagaimana hubungannya atau adakah perbedaannya antara turunan dengan pembawaan, inilah uraiannya, dapat kita katakan bahwa yng dimaksud dengan pembawaan ialah semua kesanggupan-kesanggupan yang dapat atau bakat terkandung dalam sel-benih kiem-cel, yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan oleh keturunan, inilah yang dalam arti terbatas kita namakan pembawaan aanleg.2. Struktur PembawaanDisamping kita memahami bahwa pembawaan yang bermacam-macam yang ada pada anak itu tidak dapat kita amati, jadi belum dapat dilihat sebelum pembawaan itu menyatakan diri dalam perwujudannya dari potential ability menjadi actual ability, kita hendaklah selalu ingat bahwa sifat-sifat dalam pembawaan potensi-potensi itu seperti potensi untuk belajar ilmu pasti, berkata-kata, intelijensi yang baik dan lain-lain merupakan struktur pembawaan Di muka telah dikatakan bahwa pembawaan ialah seluruh kemungkinan yang terkandung dalam sel-benih yang akan berkembang mencapai yang dibawa anak sejak lahir adalah potensi-potensi yang aktif dan pasif, yang akan terus berkembang hingga mencapai Pembawaan dan BakatSebenarnya kedua istilah itu – pembawaan dan bakat adalah dua istilah yang sama maksudnya. Umumnya dalam psikologi kita dapti kedua istilah itu sejajar, sama-sama dipakai untuk satu pengertian, yaitu pembawaan aanleg. Untuk menggantikan kata aanleg kedua istilah tersebut di atas dapat digunakan sama-sama dengan maksud sama Macam Pembawaan dan Pengaruh Keturunana. Perlu pula kiranya kita singgung sedikit beberapa macam pembawaan berikut 1. Pembawaan jenis Tiap-tiap manusia biasa diwaktu lainnya telah memiliki pembawaan jenis, yaitu jenis manusia. Bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya, intelijensinya, ingatannya dan sebagainya semua itu menunjukkan ciri-ciri yang khas, dan berbeda dengan jenis-jenis makhluk Pembawaan RasDalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat lagi bermacam-macam perbedaan yang juga termasuk pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan mengenai Pembawaan Jenis KelaminSetiap manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan jenis kelamin Pembawaan PerseoranganKecuali pembawaan-pembawaan terebut diatas, tiap orang sendiri-sendiri individu memiliki pembawaan yang bersifat individual pembawaan perseoranganyang tipikal, banyak ditentukan oleh keturunan ialah pembawaan ras, pembawaan jenis dan pembawaan Konstitusi tubuh termasuk didalamnya motorik, seperti sikap badan, sikap berjalan, air muka, gerakan Cara bekerja alat-alat indra ada orang yang lebih menyukai beberapa jenis perangsang tertentu yang mirip dengan kesukaan yang dimilikioleh ayah atau Sifat-sifat ingatan dan kesanggupan Tipe-tipe perhatian, intelijensi kosien IQ serta tipe-tipe intelijensi. v Cara-cara berlangsungnya emosi-emosi yang Tempo dan ritme perkembangan ingat pelajaran psikologi perkembanganLingkungan environmentMacam-macam lingkungan dan bagaimana individu berinteraksi dengan Macam-macam lingkungan Lingkungan environment ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life process kita kecuali Sertain lingkungan itu dapat dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut 1 Lingkungan alam/luar eksternal or physical environment2 Lingkungan dalam internal environment, dan3 Lingkungan sosial/masyarakat social environmentv Bagaimana Individu Berhubungan Dengan Lingkungan?Kepribadian adalah organisasi dinamis daripada sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik khas.Dari rumusan /definisi tersebut jelas bahwa kepribadian manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan atau kesatuan individu saja, tanpa sekaligus meletakkan hubungannya dengan woodworth, cara-cara individu itu berhubungan dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi 4 macam 1 Individu bertentangan dengan lingkungannya,2 Individu menggunakan lingkungannya,3 Individu berpartisipasi dengan lingkungannya, dan4 Individu menyesuaikan diri dengan itu senantiasa berusaha untuk “ menyesuaikan diri “ dalam arti luas dengan arti yang luas menyesuaikan diri itu berarti 1 Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan penyesuaian autoplastis2 Mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan keinginan diri penyesuaian diri semua yang berkembang dalam diri suatu individu ditentukan oleh pembawaan dan juga oleh lingkungannya dan adapula lebih ditentukan oleh mengatakan bahwa pendidikan tidak bisa mengubah pembawaan. Bila dilihat dari kedua teori yang bertentangan satu dengan yang kesimpulan dapat dikatakan jalan perkembangan manusia sedikit banyak ditentukan oleh pembawaan yang turun temurun oleh aktifitas atau penentuan manusia sendiri yang dilakukan dengan bebas di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan tertentu berkembang menjadi ada teori konvergensi yang merupakan teori gabungan baik pembawaan maupun pengalaman lingkungan mempunyai peranan penting di dalam perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor bawaan sejak lahir endogen. Kita membicarakan hal yang sangat penting dalam psikologi dan sangat erat hubungannya dengan ilmu pendidikan, yaitu suatu pembawaan dan pembawaan ini adalah soal yang sangat tidak mudah dan dengan demikian memerlukan penjelasan, dan uraian yang tidak sedikit. Telah bertahun-tahun lamanya para ahli didik, ahli biologi, ahli psikologi dan lain-lain memikirkan dan berusaha mencari jawaban atas pertanyaan perkembangan manusia tergantung pada pembawaan ataukah lingkungan atau dengan kata lain perkembangan anak muda hingga menjadi dewasa, faktor-faktor yang menentukan itu, kadang-kadang yang dibawa dari keturunan, pembawaan ataukah pengaruh-pengaruh lingkungan ada beberapa Aliran NativismeAliran ini berpendapat bahwa segala perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Pendidikan tidak bisa mengubah sifat-sifat pembawaan. Salah satu perbedaan dasar individu adalah latar belakang hereditas masing-masing individu. Hereditas dapat diartikan sebagai pewaris atau pemindah biologis, karakteristik individu dari pihak orang Aliran EmpirismeAliran ini mempunyai pendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa, itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya. Sejak atau oleh pendidik dan pengalamannya sejak kecil, manusia dapat dididik apa saja/kearah yang lebih yang baik maupun kearah yang teori ini dalam lapangan pendidikan menimbulkan pandangan yang otomistis yang memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi manusia. Teori ini sering disebut dengan “Tabularasa” yang memandang bahwa keturunan itu mempunyai Hukum KonvergensiHukum ini berasal dari ahli psikologi bangsa Jerman bernama William Stern. Ia berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan perkembangan manusia, dari duah buah faktor perkembangan dan lingkungan. Kedua hal tersebut itu kita renungkan benar-benar, belum tepatlah kiranya hal itu diperuntukkan bagi perkembangan manusia, hasil dari proses alam, yaitu pembawaan dan lingkungan perkembangan manusia itu bukan hasil belaka dari pembawaannya dan lingkungannya. Manusia itu tidak hanya diperkembangkan tetapi iya memperkembangkan dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk. Proses perkembangan manusia tidak hanya oleh faktor pembawaan yang telah ada pada orang itu dan faktor lingkungannya yang mempengaruhi orang itu. Aktivitas manusia itu sendiri dalam pekembangannya turut menentukan atau memainkan peranan dan Keturunana. KeturunanKita dapat mengatakan bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri pada seorang anak adalah keturunan, jika sifat-sifat atau ciri-ciri tersebutdiwariskan atau diturunkan melalui sel-sel kelamin dari generasi yang lain. Yaitu ada dua syarat v Persamaan sifat atau ciri-ciri, danv Ciri-ciri ini harus menurun melaui sel-sel juga sifat-sifat itu diwarisi dari nenek moyang atau Pembawaan1. Agar lebih jelas lagi pengertian kita tentang keturunan dan bagaimana hubungannya atau adakah perbedaannya antara turunan dengan pembawaan, inilah uraiannya, dapat kita katakan bahwa yng dimaksud dengan pembawaan ialah semua kesanggupan-kesanggupan yang dapat atau bakat terkandung dalam sel-benih kiem-cel, yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan oleh keturunan, inilah yang dalam arti terbatas kita namakan pembawaan aanleg.2. Struktur PembawaanDisamping kita memahami bahwa pembawaan yang bermacam-macam yang ada pada anak itu tidak dapat kita amati, jadi belum dapat dilihat sebelum pembawaan itu menyatakan diri dalam perwujudannya dari potential ability menjadi actual ability, kita hendaklah selalu ingat bahwa sifat-sifat dalam pembawaan potensi-potensi itu seperti potensi untuk belajar ilmu pasti, berkata-kata, intelijensi yang baik dan lain-lain merupakan struktur pembawaan Di muka telah dikatakan bahwa pembawaan ialah seluruh kemungkinan yang terkandung dalam sel-benih yang akan berkembang mencapai yang dibawa anak sejak lahir adalah potensi-potensi yang aktif dan pasif, yang akan terus berkembang hingga mencapai Pembawaan dan BakatSebenarnya kedua istilah itu – pembawaan dan bakat adalah dua istilah yang sama maksudnya. Umumnya dalam psikologi kita dapti kedua istilah itu sejajar, sama-sama dipakai untuk satu pengertian, yaitu pembawaan aanleg. Untuk menggantikan kata aanleg kedua istilah tersebut di atas dapat digunakan sama-sama dengan maksud sama Macam Pembawaan dan Pengaruh Keturunana. Perlu pula kiranya kita singgung sedikit beberapa macam pembawaan berikut 1. Pembawaan jenis Tiap-tiap manusia biasa diwaktu lainnya telah memiliki pembawaan jenis, yaitu jenis manusia. Bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya, intelijensinya, ingatannya dan sebagainya semua itu menunjukkan ciri-ciri yang khas, dan berbeda dengan jenis-jenis makhluk Pembawaan RasDalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat lagi bermacam-macam perbedaan yang juga termasuk pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan mengenai Pembawaan Jenis KelaminSetiap manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan jenis kelamin Pembawaan PerseoranganKecuali pembawaan-pembawaan terebut diatas, tiap orang sendiri-sendiri individu memiliki pembawaan yang bersifat individual pembawaan perseoranganyang tipikal, banyak ditentukan oleh keturunan ialah pembawaan ras, pembawaan jenis dan pembawaan Konstitusi tubuh termasuk didalamnya motorik, seperti sikap badan, sikap berjalan, air muka, gerakan Cara bekerja alat-alat indra ada orang yang lebih menyukai beberapa jenis perangsang tertentu yang mirip dengan kesukaan yang dimilikioleh ayah atau Sifat-sifat ingatan dan kesanggupan Tipe-tipe perhatian, intelijensi kosien IQ serta tipe-tipe intelijensi. v Cara-cara berlangsungnya emosi-emosi yang Tempo dan ritme perkembangan ingat pelajaran psikologi perkembanganLingkungan environmentMacam-macam lingkungan dan bagaimana individu berinteraksi dengan Macam-macam lingkungan Lingkungan environment ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life process kita kecuali Sertain lingkungan itu dapat dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut 1 Lingkungan alam/luar eksternal or physical environment2 Lingkungan dalam internal environment, dan3 Lingkungan sosial/masyarakat social environmentv Bagaimana Individu Berhubungan Dengan Lingkungan?Kepribadian adalah organisasi dinamis daripada sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik khas.Dari rumusan /definisi tersebut jelas bahwa kepribadian manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan atau kesatuan individu saja, tanpa sekaligus meletakkan hubungannya dengan woodworth, cara-cara individu itu berhubungan dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi 4 macam 1 Individu bertentangan dengan lingkungannya,2 Individu menggunakan lingkungannya,3 Individu berpartisipasi dengan lingkungannya, dan4 Individu menyesuaikan diri dengan itu senantiasa berusaha untuk “ menyesuaikan diri “ dalam arti luas dengan arti yang luas menyesuaikan diri itu berarti 1 Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan penyesuaian autoplastis2 Mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan keinginan diri penyesuaian diri semua yang berkembang dalam diri suatu individu ditentukan oleh pembawaan dan juga oleh lingkungannya dan adapula lebih ditentukan oleh mengatakan bahwa pendidikan tidak bisa mengubah pembawaan. Bila dilihat dari kedua teori yang bertentangan satu dengan yang kesimpulan dapat dikatakan jalan perkembangan manusia sedikit banyak ditentukan oleh pembawaan yang turun temurun oleh aktifitas atau penentuan manusia sendiri yang dilakukan dengan bebas di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan tertentu berkembang menjadi ada teori konvergensi yang merupakan teori gabungan baik pembawaan maupun pengalaman lingkungan mempunyai peranan penting di dalam perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor bawaan sejak lahir endogen. Read More...... 0% found this document useful 0 votes16 views15 pagesDescriptionFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGANOriginal TitleMAKALAH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGANCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes16 views15 pagesMakalah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PerkembanganOriginal TitleMAKALAH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGANJump to Page You are on page 1of 15 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 13 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pemben-tukan akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang sangat populer, yakni aliran Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi. Aliran Nativisme berpandangan bahwa yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi Tokoh utama aliran ini ialah Arthur Schopenhauer 1788-1860 seorang filosof Jerman. Ia menganut aliran filsafat nativisme, dikenal juga dengan aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Karena penganut aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh sama Berdasarkan pandangan tersebut di atas maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh peserta didik sendiri. Bagi nativisme lingkungan sekitar tidak ada artinya, sebab lingkungan tidak berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Perkembangan anak merupakan hasil perubahan dari sifat-sifat pembawaan itu sendiri. Secara ekstrem dapat dikatakan bahwa paham ini tidak mempercayai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan anak. Kebalikan dari aliran nativisme adalah aliran empirisme dengan tokoh utamanya adalah John Locke. Doktrin aliran empirisme yang amat masyhur adalah “Tabula Rasa” sebuah istilah bahasa latin yang berarti batu tulis atau lembaran kosong. Tabula rasa menekankan pentingnya pengalaman, lingkungan dan pendidikan. Artinya perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada Jika seorang peserta didik memperoleh kesempatan yang memadai untuk belajar ilmu politik, tentu kelak ia akan menjadi seorang politisi, karena ia memiliki pengalaman belajar di bidang politik. Dia tidak akan pernah menjadi pemusik, walaupun orang tuanya pemusik Suatu prinsip yang dikemukakan oleh John Locke sebagai konsekuensi dari teorinya tentang tabula rasa adalah bahwa setiap tingkah laku pada dasarnya dipelajari. Karena itu tingkah laku dapat diubah melalui pengalaman baru. Prinsip ini disebut sebagai prinsip behaviour modification modifikasi tingkah laku yang dibuktikan dengan percobaannya sebagai berikut 67Abuddin Nata, Akhlak…, Op. Cit., h. 166 – 167. 68 Muhibbin Syah, Op. Cit. h. 43-44. 69Ibid., h. 44. IQRA Jurnal Ilmu Kependidikan & Keislaman Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2019 ISSN 101 Diambilnya tiga buah ember. Ember pertama diisi dengan air panas, ember kedua diisi dengan air hangat, sedangkan ember ketiga diisi dengan air dingin. Kemudian orang yang dijadikan percobaan disuruh memasukkan tangan kanannya ke dalam ember yang pertama dan tangan kirinya dimasukkan ke dalam ember ketiga. Kedua tangan itu dimasukkan ke dalam ember yang berbeda secara serempak. Kemudian secara serempak pula kedua tangan itu dikeluarkan dari kedua ember semula dan dimasukkan ke dalam ember kedua yang berisi air hangat secara sempak pula. Maka, tangan kanannya merasa sejuk dan tangan kirinya merasa hangat, padahal kedua tangan itu berada dalam ember yang sama. Terbuktilah bahwa pengalaman masa lalu sangat mempengaruhi persepsi masa kini. Atau dengan adanya pengalaman masa lalu, maka terjadi modifikasi tingkah laku dalam hal ini persepsi.71 Dengan demikian jelaslah pandangan empirisme bahwa pendidikan dan perkembangan anak ditentukan oleh faktor lingkungan, baik melalui pengalaman yang diperolehnya dengan bebas maupun melalui program pendidikan. Sedangkan aliran konvergensi berpandangan bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai dengan pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Dalam proses perkembangannya faktor pembawaan dan faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Tokoh utamanya adalah William Stern, dia mengatakan bahwa bakat yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat itu. Sebaliknya lingkungan yang baik tidak akan menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan potensi dan kemampuan anak yang diharapkan. William Stern berkesimpulan bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan Dalam menetapkan faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia, William Stern dan para ahli yang mengikutinya tidak hanya berpegang pada lingkungan/pengalaman, juga tidak berpegang hanya pada pembawaan tetapi berpegang pada kedua faktor tersebut sama pentingnya. Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa jika tanpa faktor pengalaman. Demikian pula sebalikya, faktor pengalaman tanpa faktor bakat/pembawaan tidak akan mampu mengembangkan manusia sesuai yang Untuk lebih kongkritnya dapat diambil sebuah contoh seorang anak yang normal pasti memiliki bakat untuk berdiri tegak di atas kedua kakinya, tetapi apabila 71Sarlito Wirawan Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi Cet. III; Jakarta Bulang Bintang, 1991, h. 33. 72Ibid., h. 98-99. IQRA Jurnal Ilmu Kependidikan & Keislaman Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2019 ISSN 102 anak tersebut tidak hidup di lingkungan masyarakat manusia, misalnya dibuang ke hutan belantara dan tinggal bersama hewan maka bakat yang ia miliki secara turun-temurun dari orang tuanya akan sulit terwujud. Jika ia hidup bersama sekelompok serigala maka ia akan berjalan di atas kedua kaki dan tangannya. Dia akan berjalan dengan merangkak seperti Serigala. Jadi bakat dan pembawaan tidak berpengaruh kalau lingkungan tidak Teori konvergensi membuka kesempatan yang luas bagi terlaksananya pendidikan sebagai pertolongan belajar kepada peserta didik. Alasannya adalah bahwa potensi intelektual yang dimiliki peserta didik dapat ditumbuhkembangkan melalui proses belajar, meskipun di lain pihak pembawaan peserta didik akan membatasi perkembangan itu. Pendekatan dalam teori konvergensi antara lain melalui pendekatan tingkah laku behavioral, yakni guru dapat menangkap ciri-ciri apakah peserta didik sudah dapat menerima pelajaran atau tidak melalui perilakunya. Tingkah laku itu mencerminkan apakah peserta didik mampu menerima dan memperoses informasi belajar yang diterimanya ataukah tidak. Kalau tidak maka guru dapat mencari informasi apa kendalanya, kemudian menyususn langkah-langkah untuk mengatasinya. Pandangan Islam lebih bercorak konvergensi daripada empiris dan nativis, karena mengakui adanya pengaruh internal berupa keimanan dalam diri dan pengaruh eksternal yang berupa kegiatan sosial dalam Manusia diciptakan oleh Allah swt. selain sebagai hamba juga sebagai penguasa khalifah di atas bumi. Sebagai hamba dan khalifah, manusia telah dibekali kemampuan jasmaniah fisiologis dan rohaniah mental psikologis yang dapat ditumbuhkembangkan seoptimal mungkin, sehingga menjadi alat yang berdaya guna untuk menjalankan tugas pokoknya di atas dunia ini. Namun proses menumbuhkembangkan kemampuan manusia melalui pendidikan tidaklah menjamin akan terbentuknya watak dan bakat seseorang untuk menjadi baik sesuai kehendak pencipta-Nya, mengingat Allah sendiri telah menggariskan bahwa di dalam diri manusia terdapat kecenderungan dua arah, yaitu ke arah perbuatan fisik yang menyimpang dari peraturan dan ke arah ketakwaan yaitu menaati peraturan/perintah Allah swt.,76 seperti firman Allah swt. dalam QS Asy-Syams 91 7-10 sebagai berikut                   74Ibid. 75 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Edisi Revisi Cet. II; Jakarta PT Bumi Aksara, 2005, h. 60. IQRA Jurnal Ilmu Kependidikan & Keislaman Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2019 ISSN 103 Terjemahnya Dan jiwa serta penyempurnaannya ciptaannya, Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kejahatan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. QS Asy-Syams [91] 7-10.77 Dengan demikian manusia diberi kemungkinan untuk mendidik diri dan orang lain menjadi sosok pribadi yang beruntung sesuai kehendak Allah melalui berbagai metode ikhtiarnya. Manusia memiliki kebebasan free will untuk menentukan pilihannya melalui usahanya sendiri dan akan mendapatkan sesuatu sesuai dengan apa yang telah diusakannya, sebagaimana dimaksudkan oleh firman Allah swt. dalam QS An-Najm 53 39 sebagai berikut        Terjemahnya Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. QS An-Najm [53] 39.78 Persoalannya sekarang adalah apakah faktor pembawaan atau bakat yang lebih dominan mempengaruhi manusia ketika memilih ataukah hanya pengaruh lingkungan? Dalam hal ini Islam mengakomodir kedua-duanya, sebagaimana disebutkan dalam QS Ar-Rum 30 30 sebagai berikut                           Terjemahnya Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Islam; sesuai fitrah Allah tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. QS Ar-Rum [30] 30.79 Fitrah yang disebutkan pada ayat tersebut di atas berkonotasi kepada paham Nativisme, karena fitrah dalam ayat tersebut bermakna “kejadian” yang di dalamnya berisi potensi dasar beragama yang benar dan lurus addîen al-qayyim yaitu Islam. 77 Departemen Agama RI, Al-Qur’an.., Op. Cit., h. 595. 78Ibid., h. 527. IQRA Jurnal Ilmu Kependidikan & Keislaman Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2019 ISSN 104 Potensi dasar ini tidak dapat diubah oleh siapapun atau lingkungan apapun, karena fitrah itu merupakan ciptaan Allah yang tidak akan mengalami perubahan baik isi maupun bentuknya dalam tiap pribadi Terdapat berbagai interpretasi tentang makna fitrah yang terdapat dalam QS Ar-Rum 30 30 antara lain 1. Fitrah berarti suci suci jasmani dan rohani. 2. Fitrah berarti Islam dienul Islam. 3. Fitrah berarti mengakui ke-Esa-an Allah at-Tauhid. 4. Fitrah berarti murni al-Ikhlash. 5. Fitrah berarti kondisi penciptaan manusia yang mempunyai kecenderungan untuk menerima kebenaran. 6. Fitrah berarti potensi dasar manusia sebagai alat untuk mengabdi dan ma’rifatullah. 7. Fitrah berarti ketetapan atau kejadian asal manusia mengenai kebahagiaan dan kesesatannya. 8. Fitrah berarti tabiat alami yang dimiliki manusia human nature. 9. Fitrah berarti al-Gharizah insting dan al-Munazzalah wahyu dari Allah.81 Dari berbagai pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa fitrah merupakan potensi-potensi dasar manusia yang memiliki sifat kebaikan dan kesucian untuk menerima rangsangan pengaruh dari luar menuju kepada kesempurnaan dan kebenaran. Fitrah manusia bukan satu-satunya potensi manusia yang dapat mencetak manusia sesuai dengan fungsinya, tetapi ada juga potensi lain yang merupakan kebalikan dari fitrah ini, yaitu “nafsu” yang mempunyai kecenderungan pada keburukan dan kejahatan, sebagaimana disebutkan dalam QS Yusuf 12 53 sebagai berikut                  Terjemahnya Dan Aku tidak menyatakan diriku bebas dari kesalahan, Karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat 80Muzayyin Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Edisi Revisi Jakarta PT Bumi Aksara, 2006, h. 43. 81Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka IQRA Jurnal Ilmu Kependidikan & Keislaman Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2019 ISSN 105 oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang. QS. Yusuf [12] 53.82 Untuk itulah maka fitrah harus tetap dikembangkan dan dilestarikan. Fitrah dapat tumbuh dan berkembang secara wajar apabila mendapat pengaruh yang dijiwai oleh wahyu fitrah al-Munazzalah. Tentu saja hal ini harus didorong dengan pemahaman Islam secara kaffah universal. Semakin tinggi interaksi seseorang kepada Islam, maka semakin baik pula perkembangan Komponen-komponen potensi dasar fitrah meliputi 1. Bakat, yaitu kemampuan pembawaan yang mengacu pada perkembangan kemampuan akademis ilmiah, dan keahlian profesional dalam berbagai bidang kehidupan. Bakat berpangkal dari kemampuan kognisi daya cipta, konasi kehendak, dan emosi rasa. 2. Insting atau gharizah, yaitu suatu kemampuan berbuat tanpa melalui proses belajar mengajar. Misalnya melarikan diri, menolak, ingin tahu, melawan, menonjolkan diri, dan lain-lain. 3. Nafsu dan dorongan-dorongannya drives. Misalnya nafsu lawwamah, egosentris, dan lain-lain. 4. Karakter atau tabiat, yaitu kemampuan psikologis yang dibawa sejak lahir. Karakter berkaitan dengan tingkah laku, moral, sosial yang berkaitan dengan personalitas kepribadian seseorang. 5. Hereditas atau keturunan, merupakan kemampuan dasar yang mengandung ciri-ciri tertentu dari warisan orang tua. 6. Instuisi, merupakan kemampuan psikologis manusia untuk menerima ilham dari Tuhan. Instuisi menggerakkan hati nurani di luar kesadaran akal pikiran, tetapi mengandung makna yang konstruktif bagi kehidupan Dalil-dalil lainnya yang dapat diinterpretasikan untuk mengartikan “fitrah” mengandung kecenderungan yang netral,85 antara lain terdapat dalam QS An-Nahl 16 78 sebagai berikut            82Departemen Agama RI, Al-Qur’an …, Op. Cit., h. 241. 83 Muhaimin dan Abdul Mujib, Op. Cit., h. 22-23. 84Ibid., h. 23-25. IQRA Jurnal Ilmu Kependidikan & Keislaman Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2019 ISSN 106       Terjemahnya Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur. QS An-Nahl [16] 78.86 Fadhil al-Jamaly berpendapat bahwa firman Allah tersebut di atas menjadi petunjuk bahwa manusia harus melakukan usaha pendidikan pada aspek eksternal mempengaruhi dari luar diri anak dan kemampuan dalam diri anak internal yang bersumber dari fitrah, maka pendidikan secara operasional bersifat hidayah menunjukkan.87 Menurut peneliti fitrah tidaklah netral terhadap pengaruh dari luar, karena potensi yang terkandung di dalamnya secara dinamis mengadakan reaksi respon terhadap pengaruh dari luar. Atau dengan kata lain bahwa dalam proses perkembangannya terjadilah interaksi saling mempengaruhi antara fitrah dan lingkungan sekitar sampai akhir hayat manusia. Dalam pandangan Islam teori nativisme, empirisme, dan konvergensi diakui keberadaannya, tetapi Islam lebih bercorak konvergensi, dengan pandangannya yang mengatakan bahwa semakin tinggi interaksi seseorang terhadap Islam maka semakin baik perkembangan fitrahnya dan semakin rendah interaksi seseorang dengan Islam maka semakin rendah pula perkembangan fitrahnya. Perbedaan ketiga teori tersebut dengan Islam menurut peneliti terletak pada potensi psikologis dan nuansa ilahiahnya. Iman Abdul Mukmin Sa’duddin berpendapat bahwa faktor terpenting yang mempengaruhi pembentukan akhlak adalah adat atau kebiasaan, sifat keturunan, dan lingkungan. Sifat keturunan berperan mensuplai macam-macam insting, kecenderungan dan kegemaran. Lingkungan membawa insting yang sudah stabil itu cenderung kepada kebaikan atau keburukan. Dalam hal ini agar cenderung kepada kebaikan, mesti ada upaya praktik terus-menerus hingga menjadi adat atau kebiasaan yang sulit Menurut Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin proses terjadinya akhlak ada 5 lima fase, yaitu Pertama; ide, yaitu kata hati atas suatu kecenderungan. Kedua; kecenderungan, yaitu tertujunya seseorang kepada salah satu ide yang tergambar dalam hati dan ingin mencapainya. Jika salah satu kecenderungan 86 Departemen Agama RI, Op. Cit., h. 275. 87Fadhil al-Jamaly dalam Muzayyin Arifin, Loc. Cit. 88Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin, op. cit., h. 40 – 41. IQRA Jurnal Ilmu Kependidikan & Keislaman Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2019 ISSN 107 mengalahkan kecenderungan-kecenderungan lainnya maka kecenderungan itu menjadi harapan. Ketiga; Harapan, yaitu menangnya salah satu kecenderungan atas semua kecenderungan dalam hati seseorang. Jika harapan itu telah dipertimbangkan dengan matang dan membulatkan tekad kepadanya maka harapan ini menjadi suatu keinginan. Keempat; keinginan, yaitu sifat diri yang telah membulatkan tekad terhadap salah satu harapan untuk dapat dibuktikan. Kelima; adat, yaitu keinginan yang dilakukan secara berulang-ulang dan lahir dari dalam dengan spontan. Adat inilah yang disebut Sedangkan H. A. Mustofa berpendapat bahwa setiap perilaku manusia didasarkan atas kehendak yang timbul dari kejiwaan. Walaupun panca indra kesulitan melihat pada dasar kejiwaan, namun dapat dilihat dari wujud kelakuan yang menjadi dasar seseorang melakukan tindakan, yakni insting, pola dasar bawaan turunan, lingkungan, kebiasaan, kehendak, dan Sementara itu Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga berpendapat bahwa ada 4 empat faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak, yaitu insting naluri, adat kebiasaan, keturunan, dan Yatimin Abdullah mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak, yakni insting naluri, pola dasar bawaan, nafsu, adat kebiasaan, lingkungan, kehendak dan Dari berbagai pandangan tentang faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak maka peneliti sependapat dengan Abu Ahmadi yang menyimpulkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor biologis dan psikologis. Sedangkan faktor eksternal mencakup lingkungan fisik dan lingkungan sosial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Intelektual atau sering banyak digunakan dengan kecerdasan, merupakan suatu karunia yang dimiliki individu untuk mengembangkan dan mempertahankan hidupnya. Ketika baru lahir seorang anak sudah mempunyai kecerdasan, hanya saja sangat bergantung pada orang lain untuk memenuhi perkembangan hidupnya. Dalam perkembangannya anak makin meningkatkan berbagai kemampuan untuk mengurangi ketergantungan dirinya pada orang lain dan berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Perkembangan intelek sering juga dikenal di dunia psikologi maupun pendidikan dengan istilah perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif manusia merupakan proses psikologis yang didalamnya melibatkan proses memperoleh, menyusun dan mengunakan pengetahuan serta kegiatan mental seperti berfikir, menimbang, mengamati, mengingat, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan memecahkan persoalan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan. Menurut Chaplin 1981 5, intelektual adalah proses kognitif, proses berfikir, daya menghubungkan, kemampuan menilai, dan kemampuan mempertimbangkan dan juga merupakan kemampuan mental atau intelegensi. Kecerdasan Intelektual individu berkembang sejalan dengan interaksi antara aspek perkembangan yang satu dengan aspek perkembangan yang lainnya dan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya begitu juga dengan alamnya. Oleh karena itu, individu mempunyai kemampuan untuk belajar dan meningkatkan potensi kecerdasan dasar yang dimiliki. Rumusan Masalah Bagaimana definisi intelektual menurut para ahli? Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual? Apa tahap-tahap perkembangan intelektual? Apa saja tingkatan perkembangan intelektual? Bagaimana karakteristik perkembangan intelektual? Tujuan Masalah Untuk mengetahui definisi intelektual menurut para ahli. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual. Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan intelektual. Untuk mengetahui tingkatan perkembangan intelektual dalam berbagai variasi. Untuk mengetahui karakteristik perkembangan intelektual. BAB II PEMBAHASAN PENGERTIAN PERKEMBANGAN INTELEKTUAL MENURUT PARA AHLI Beberapa definisi intelektual menurut para ahli, diantaranya Menurut Cattel dalam Clark, 1983, intelektual adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang terlihat dalam kemampuan memahami hubungan yang lebih kompleks, semua proses berpikir abstrak, menyesuaikan diri dalam pemecahan masalah dan kemampuan memperoleh kemampuan baru. Menurut William Sterm dalam Sunarto, 1994, intelektual merupakan kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan-kebutuhan baru dengan menggunakan alat berfikir sesuai dengan tujuannya. Intelektual merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul Gunarsa, 1991 6. David Wechsler dalam Saifuddin Azwar, 1996, intelektual sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan secara efektif. Menurut kamus “Webster New World Dictionary of The American Languange”, intelektual adalah kecakapan untuk berpikir , mengamati atau mengerti serta kecakapan untuk mengamati hubungan-hubungan, perbedaan-perbedaan, dan sebagainya. . Menurut Alfred Binet dalam Sobani Irfan, 1986, intelektual adalah suatu kapasitas yang antara lain mencakup kemampuan Ø Menalar dan menilai. Ø Menyeluruh. Ø Mencipta dan merumuskan arah berpikir spesifik. Ø Menyesuaikan pikiran pada pencapaian hasil akhir. Ø Memiliki kemampuan mengkritik diri sendiri. Dari berbagai definisi di atas dapat di simpulkan bahwa, intelektual adalah kemampuan untuk memperoleh berbagai informasi, berpikir abstrak, menalar, serta bertindak secara efisien dan efektif. Selain itu, intelektual merupakan kemampuan yang dibawa individu sejak lahir, intelektual tersebut akan berkembang bila lingkungan memungkinkan dan kesempatan tersedia sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INTELEKTUAL Menurut Andi Mappiare 1982 80, hal- hal yang mempengaruhi perkembangan intelektual antara lain Bertambahnya informasi yang disimpan dalam otak seseorang sehingga ia mampu berpikir reflektif. Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga seseorang dapat berpikir proporsional. Adanya kebebasan berpikir, menimbulkan keberanian seseorang dalam menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki masalah secara keseluruhan, dan menunjang keberanian anak memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar. Menurut Ngalim Purwanto 1984 55, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual yaitu sebagai berikut Faktor Pembawaan Genetik Pembawaan ditentukan oleh sifat dan ciri yang dibawa sejak lahir. Banyak teori dan hasil penelitian menyatakan bahwa kapasitas intelegensi dipengaruhi oleh gen orang tua. Namun, yang cenderung mempengaruhi tinggi atau rendahnya tingkat kecerdasan anak tergantung faktor gen mana ayah atau ibu yang dominan mempengaruhinya. Teori konvergensi mengemukakan bahwa anak yang lahir telah mempunyai potensi bawaan, tetapi potensi tersebut tidak dapat berkembang dengan baik tanpa mendapat pendidikan dan latihan atau sentuhan dari lingkungan. Oleh karena itu, peranan lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak. Faktor Lingkungan Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam mempengaruhi perkembangan intelektual, yaitu keluarga dan sekolah. a. Keluarga Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi untuk berpikir. Cara-cara yang digunakan adalah memberi kesempatan kepada anak untuk merealisasikan ide-idenya, menghargai ide-ide tersebut, memuaskan dorongan keingintahuan anak dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat-alat keterampilan, dan alat-alat yang dapat mengembangkan daya kreativitas anak. b. Sekolah Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan berpikir anak. Dalam hal ini, guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual anak terletak di tangannya. Beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut 1Menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik. Dengan hubungan yang akrab tersebut, secara psikologis peserta didik akan merasa aman sehingga segala masalah yang dialaminya secara bebas dapat dikonsultasikan dengan guru mereka. 2Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orang- orang yang ahli dan pengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Membawa para peserta didik ke objek-objek tertentu, seperti objek budaya dan ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual peserta didik. 3 Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak, baik melalui kegiatan olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berpikir peserta didik. Sebab jika peserta didik terganggu secara fisik, perkembangan intelektualnya juga akan terganggu. 4 Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan para peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide-idenya. 3. Faktor Gizi Kuat atau lemahnya fungsi intelektual juga ditentukan oleh gizi yang memberikan energi atau tenaga bagi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kebutuhan akan makanan bernilai gizi tinggi gizi berimbang terutama yang besar pengaruhnya pada perkembangan intelegensi ialah pada fase prenatal anak dalam kandungan hingga usia balita. Faktor Pembentukan Pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelektual. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja seperti yang dilakukan di sekolah-sekolah dan pembentukan tidak sengaja pengaruh alam sekitar. Pendidikan dan latihan yang bersifat kognitif dapat memberikan sumbangan terhadap fungsi intelektual seseorang. Misalnya, orang tua yang menyediakan fasilitas sarana seperti bahan bacaan majalah anak-anak dan sarana bermain yang memadai, semua ini dapat membentuk anak menjadi meningkatkan fungsi dan kualitas pikirannya, pada gilirannya situasi ini akan meningkatkan perkembangan intelegensi anak dibanding anak seusianya. Kebebasan Psikologis Kebebasan psikologis perlu dikembangkan pada anak agar intelektualnya berkembang dengan baik. Anak yang memiliki kebebasan untuk berpendapat, tanpa disertai perasaan takut atau cemas dapat merangsang berkembangnya kreativitas dan pola pikir. Mereka bebas memilih cara metode tertentu dalam memecahkan persoalan. Hal ini mempunyai sumbangan yang berarti dalam perkembangan intelektual. Minat dan Pembawaan yang Khas Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan motif-motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar manipulate and exploring motives. Dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbulah minat terhadap sesuatu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Menurut Hamalik 2001 89, faktor-faktor yang mempengaruhi intelektual yaitu Usia Kemampuan seseorang untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya bertambah, sambil ia berkembang menjadi lebih tua. Artinya, bertambah tua usia seseorang, bertambahlah kemampuannya untuk melakukan penyesuaian dirinya dengan lingkungannya. Secara teoretis pertumbuhan intelektual berhenti pada usia 20 atau 25 tahun. Bagi orang yang lebih inteligen pertumbuhan berlangsung lebih cepat dan terus berlangsung dalam waktu yang lebih lama. Sebaliknya, orang yang kurang inteligen berkembang lebih lambat dan pertumbuhan ini berhenti pada usia yang lebih awal. Hereditas Potensi untuk perkembangan inteligensi diwariskan melalui orang tua. Prinsip ini diterima, baik untuk pihak yang menekankan pentingnya lingkungan maupun oleh pihak yang memperingatkan tentang berapa banyaknya IQ dapat ditingkatkan dengan lingkungan yang baik. Pertimbangan lain mengemukakan bahwa anak-anak dari orang tua yang inteligen tidak akan sama inteligennya, dan juga anak-anak dari orang tua yang bodoh tidak akan sama bodohnya. Lingkungan Penelitian terhadap anak-anak yang dipelihara dibesarkan dalam lingkungan kumuh di kota besar rata-rata IQ nya lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak seusia mereka dari masyarakat golongan menengah. Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa faktor-faktor yang menunjang perkembangan intelektual yang optimal adalah sebagai berikut Orang tua yang menaruh minat terhadap anak-anak, menyediakan waktu untuk bercengkerama dengan mereka, menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, memiliki anak-anak yang mendapat skor tinggi dalam tes dan berprestasi baik di sekolah. Faktor-faktor seperti cinta dan kasih sayang, penerimaan terhadap anak, perlakuan yang konsisten yang menunjang kesehatan mental menpunyai pengaruh baik terhadap perkembangan intelektual. Peninjauan ke tempat-tempat seperti museum, kebun binatang, perpustakaan, teater, dan taman adalah hal yang merangsang perkembangan intelektual. Kelamin Anak laki-laki sebagai suatu kelompok memperlihatkan variabilitas yang lebih besar dari pada anak perempuan dalam inteligensi. Rata-rata anak laki-laki melebihi perempuan dalam hal berfikir umum, berfikir aritmatik, kemampun dalam meneliti kesamaan-kesamaan, dan aspek tertentu tentang informasi umum. Laki-laki cenderung melebihi perempuan dalam kecepatan dan koordinasi gerakan-gerakan badan yang besar, pengamatan ruang, dan bakat mekanis. Adapun anak-anak perempuan cenderung lebih unggul dalam ingatan, penguasaan bahasa, perhitungan angka, dan kecepatan perseptual. Jadi, dari pernyataan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi intelektual yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam seperti gen, gizi, kematangan, pembentukan, kebebasan psikologi, minat dan pembawaan yang khas, serta usia. Sedangkan, faktor dari luar yaitu lingkungan. Jadi, tidak hanya faktor gen pembawaan, tetapi juga faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi tingkat intelektual seseorang. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN INTELEKTUAL Para ahli psikologi pendidikan banyak yang telah melakukan penelitian tentang perkembangan intelektual atau perkembangan kognitif atau perkembangan mental anak. Salah satu hasil penelitian yang terkenal adalah hasil penelitian Jean Piaget. Piaget adalah ahli ilmu jiwa anak dari Swiss. Tahap perkembangan intelektual anak oleh Piaget dibedakan atas 4 periode, yaitu Tahap Sensoris-Motoris Tahap ini dialami anak pada usia 0-2 tahun. Pada anak berada dalam suatu masa pertumbuhan, yang ditandai oleh kecenderungan-kecenderungan sensoris-motoris yang sangat jelas. Pada tahap ini, sifat-sifat yang tampak pada anak adalah stimulus sound, anak berinteraksi dengan stimulus dari luar yaitu interaksi anak dengan lingkungannya. Dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya, temasuk juga dengan orang tuanya, anak mengembangkan kemampuannya untuk mengembangkan tingkah laku baru, kemampuan untuk meniru, kemampuan untuk berpikir, melakukan berbagai gerakan, dan secara perlahan-lahan belajar mengoordinasikan tindakan-tindakannya. Perubahan yang terlihat antara lain, gerakan tubuhnya merupakan aksi refleks, yaitu eksperimen dengan lingkungannya. Tahap Praoperasional Tahap ini berlangsung pada usia 2-7 tahun. Tahap ini disebut juga tahap intuisi, sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif. Pada tahap ini anak sangat bersifat egosentris sehingga seringkali mengalami masalah dalam berinteraksi dengan lingkungannya, termasuk dengan orang tuanya. Dalam berinteraksi dengan orang lain, anak cenderung sulit untuk dapat memahami pandangan orang lain dan lebih banyak mengutamakan pandangannya sendiri. Dalam berinteraksi dengan lingkungannya, ia masih sulit untuk membaca kesempatan atau kemungkinan karena masih punya anggapan bahwa hanya ada satu kebenaran atau peristiwa dalam setiap situasi. Selain itu, pada tahap ini anak tidak selalu ditentukan oleh pengamatan indrawi saja, tetapi juga pada intuisi. Anak mampu menyimpan kata-kata serta menggunakannya, terutama yang berhubungan erat dengan kebutuhan mereka. Pada masa ini anak siap untuk belajar bahasa, membaca dan menyanyi. Ketika kita menggunakan bahasa yang benar untuk berbicara kepada anak, akan mempunyai akibat sangat baik pada perkembangan bahasa mereka. Cara belajar yang memegang peran pada tahap ini adalah intuisi. Intuisi membebaskan mereka dari berbicara semaunya tanpa menghiraukan pengalaman konkret dan paksaan dari luar. Sering kali kita lihat anak berbicara sendiri pada benda-benda yang ada di sekitarnya, misalnya pohon, anjing, kucing dan sebagainya. Peristiwa semacam ini baik untuk melatih diri anak menggunakan kekayaan bahasanya. Tahap Operasional Kongkret Tahap ini berlangsung antara usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya. Interaksinya dengan lingkungan, termasuk dengan orang tuanya, sudah makin berkembang dengan baik karena egosentrisnya sudah semakin berkurang. Anak sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara yang kurang egosentris dan lebih objektif. Pada tahap ini, anak juga memiliki hubungan fungsional karena mereka sudah menguji coba suatu permasalahan. Cara berfikir anak yang masih bersifat konkret menyebabkan mereka belum mampu menangkap yang abstrak atau melakukan abstraksi tentang sesuatu yang konkret. Di sini sering terjadi kesulitan antara orang tua dan guru. Misalnya, orang tua ingin menolong anak mengerjakan pekerjaan rumah, tetapi cara yang berbeda dengan cara yang dipakai oleh guru sehingga anak tidak setuju. Sementara sering sekali anak lebih percaya terhadap apa yang dikatakan oleh gurunya ketimbang orang tuanya. Akibatnya, kedua cara tersebut baik yang diberikan oleh guru maupun orang tuanya sama-sama tidak dimengerti oleh anak. Tahap Operasional Formal Tahap ini dialami oleh anak pada usia 11 tahun ke atas. Pada masa ini, anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan pada pekerjaannya yang merupakan hasil dari berfikir logis. Aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang sehingga dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya. Pada tahap ini, interaksi dengan lingkungan sudah amat luas, menjangkau banyak teman sebayanya dan bahkan berusaha untuk dapat berinteraksi dengan orang dewasa. Kondisi seperti ini tidak jarang menimbulkan masalah dalam interaksinya dengan orang tua. Namun, sebenarnya secara diam-diam mereka juga masih mengarapkan perlindungan dari orang tua karena belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Jadi, pada tahap ini ada semacam tarik-menarik antara ingin bebas dengan ingin dilindungi. Pada tahap ini anak sudah mulai mampu mengembangkan pikiran formalnya, mereka juga mulai mampu mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi. Arti simbolik dan kiasan dapat mereka mengerti. Melibatkan mereka dalam suatu kegiatan akan lebih memberi akibat yang positif bagi perkembangan kognitifnya. Misalnya, menulis puisi, lomba karya ilmiah, lomba menulis cerpen dan sejenisnya. TINGKATAN INTELEKTUAL DALAM BERBAGAI VARIASI Jenius Suatu kemampuan yang sangat luar biasa, dalam ukuran atau tingkatan di atas 140. Kemampuan ini bisa dimiliki oleh siapa saja yang mau berusaha untuk meningkatkan kecerdasan dan memanfaatkan potensi dasarnya dengan baik. Normal Merupakan suatu kemampuan yang biasa saja, tetapi kecerdasan ini mampu untuk melakukan semua aktivitas yang dibutuhkan dan diinginkan dirinya. Mempunyai tingkat ukuran yang rata-rata 100 sampai dengan 110. Kecerdasan ini bisa pada anak yang cerdas atau disebut kecerdasan yang rata-rata. Rendah Kemampuan ini dibawah rata-rata, bukan berarti kemampuan ini tidak dapat menyelesaikan kebutuhan dan keinginan atas dirinya, hanya saja mengalami keterhambatan dalam melaksanakan tugas-tugas untuk dirinya maupun orang lain, tingkat ukuran diantara 70 sampai 90. Pada umumnya ia mampu melaksanakan berbagai tugas hanya lambat dan cepat lelah serta jenuh. Keterbelakangan Anak yang mempunyai kemampuan yang sangat rendah dan sangat sulit untuk melakukan tugas atas dirinya, setiap tugas memerlukan bantuan orang lain, dengan bantuan akan memberikan kemampuan meningkat. Di antara keterbelakangan ada yang disebut dengan Idiot IQ 0-29 yaitu keterbelakangan yang sangat rendah sekali. Tidak dapat berbicara hanya dapat mengucapkan beberapa kata saja, tidak dapat mengurus dirinya seperti mandi, makan dan rata-rata kemampuan ini berada di tempat tidur, kemampuannya seperti anak bayi. Kemampuan ini tidak tahan terhadap penyakit. Imbecile IQ 30-40 yaitu lebih meningkat dari idiot, jika dilatih dalam berbahasa ia mampu, tetapi sangat sukar sekali, dalam berbahasa kadang dapat dimengerti dan kadang tidak dapat. Dapat mengurus dirinya dengan latihan dan pengawasan yang benar. Biasanya anak yang umur 7 tahun kemampuan kecerdasannya sama dengan anak yang berumur 3 tahun. Kemampuan seseorang anak akan terlihat saat anak melakukan aktivitas. Kegiatan atau aktivitas yang dilakukan akan menunjukkan bahwa anak memang mampu dalam bidang tertentu dan tidak mampu pada bidang yang lain, sehingga anak dalam perkembangan intelektualnya disesuaikan dengan kemampuan dasar yang dimiliki anak dan bagaimana lingkungan yang mempengaruhi intelektualnya. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN INTELEKTUAL Sebagaimana telah didiskusikan di atas, Piaget membagi empat tahapan perkembangan intelektual yaitu tahap sensori motoris, tahap praoperasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal. Setiap tahapan memiliki karakteristik tersendiri sebagai perwujudan kemampuan intelektual individu sesuai dengan tahap perkembangannya. Adapun karakteristik setiap tahapan perkembangan intelektual tersebut adalah sebagai berikut Karakteristik Tahap Sensoris-Motoris Tahap sensori-motoris ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut Segala tindakannya masih bersifat naluriah. b. Aktivitas pengalaman didasarkan terutama pada pengalaman indra c. Individu baru mampu melihat dan meresapi pengalaman, tetapi belum mampu untuk mengkategorikan pengalaman. Karakteristik Tahap Praoperasional Tahap praoperasional ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut a Individu telah mengkombinasikan dan mentrasformasikan berbagai informasi. b Individu telah mampu mengemukakan alasan-alasan dalam menyatakan ide-ide. c Individu telah mengerti adanya hubungan sebab akibat dalam suatu peristiwa konkret, meskipun logika hubungan sebab akibat belum tepat. d Cara berpikir individu bersifat egosentris ditandai oleh tingkah laku 1 berpikir imajinatif. 2 berbahasa egosentris. 3 memiliki aku yang tinggi. 4 menampakkan dorongan ingin tahu yang tinggi. 5 perkembangan bahasa mulai pesat. Karakteristik Tahap Operasional Konkret Tahap operasional konkret ditandai dengan karakteristik menonjol bahwa segala sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka alami. Jadi, cara berpikir individu belum menangkap yang abstrak meskipun cara berpikirnya sudah tampak sistematis dan logis. Dalam memahami konsep, individu sangat terikat kepada proses mengalami sendiri. Artinya, mudah memahami konsep kalau pengertian konsep itu dapat diamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep tersebut. Karakteristik Tahap Operasional Formal Tahap operasional formal ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut a Individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi. b Individu mulai mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak. c Individu mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis. d Individu bahkan mulai mampu membuat perkiraan forecasting di masa depan. e Individu mulai mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri sehingga kesadaran diri sendiri tercapai. f Individu mulai mampu membayangkan peranan-peranan yang akan diperankan sebagai orang dewasa. g Individu mulai mampu untuk menyadari diri mempertahankan kepentingan masyarakat di lingkungannya dan seseorang dalam masyarakat tersebut. BAB III KESIMPULAN KESIMPULAN Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Dari berbagai definisi para ahli bahwa intelektual adalah kemampuan untuk memperoleh berbagai informasi, berpikir abstrak, menalar, serta bertindak secara efisien dan efektif. Selain itu, intelektual merupakan kemampuan yang dibawa individu sejak lahir, intelektual tersebut akan berkembang bila lingkungan memungkinkan dan kesempatan tersedia sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan intelektual ada 2 yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam seperti gen, gizi, kematangan, pembentukan, kebebasan psikologi, minat dan pembawaan yang khas, serta usia. Sedangkan, faktor dari luar yaitu lingkungan. Tahap perkembangan intelektual anak menurut hasil penelitian “Jean Piaget”, dibedakan atas 4 periode yaitu tahap sensoris-motoris, tahap praoperasional, tahap operasional kongkret, dan tahap operasional formal. Tingkatan intelektual dalam berbagai variasi ada 4 yaitu jenius kemampuan yang sangat luar biasa, normal kemampuan yang biasa saja, rendah kemampuan dibawah rata-rata, dan keterbelakangan kemampuan yang sangat rendah. Tahapan perkembangan intelektual memiliki karakteristik tersendiri. Adapaun karakteristik tahapan perkembangan intelektual terbagi menjadi 4 yaitu Karakteristik tahap sensoris-motoris ditandai dengan segala tindakannya masih bersifat naluriah, aktivitas pengalaman didasarkan terutama pada pengalaman indra, individu baru mampu melihat dan meresapi pengalaman, tetapi belum mampu untuk mengkategorikan pengalaman. Karakteristik tahap praoperasional ditandai dengan Individu telah mengkombinasikan dan mentrasformasikan berbagai informasi, mampu mengemukakan alasan-alasan dalam menyatakan ide-ide, telah mengerti adanya hubungan sebab akibat dalam suatu peristiwa konkret meskipun logika hubungan sebab akibat belum tepat, dan cara berpikir individu bersifat egosentris. Karakteristik tahap operasional kongkret ditandai dengan segala sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka alami. Karakteristik tahap operasional formal yang ditandai dengan individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi, mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak, mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis, mampu membuat perkiraan forecasting di masa depan, mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri sehingga kesadaran diri sendiri tercapai, mampu membayangkan peranan-peranan yang akan diperankan sebagai orang dewasa, dan mampu untuk menyadari diri mempertahankan kepentingan masyarakat di lingkungannya dan seseorang dalam masyarakat tersebut. DAFTAR PUSTAKA Azwar, Saifuddin. 1996. Perkembangan Intelektuan dan Emosional Anak. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Chaplin, R. 1981. Perkembangan Intelektual Anak. Jakarta Erlangga. Clark, M. 1983. Psikologi Anak. Bandung Bumi Aksara. Gunarsa. 1991. Faktor Intelektual Anak. Jakarta Rineka Cipta. Hamalik, Mahmud. 2001. Perkembangan Peserta Didik. Makassar FIP UNM. Irfan, Sobani. 1986. Psikologi Remaja. Bandung Bumi Aksara. Mappiare, Andi. 1982. Perkembangan Peserta Didik. Padang UNP Press. Piaget, Jean. 1947. La Psychologie de Intelligene. Paris Librairie Armand Colin. Purwanto, Ngalim. 1984. Psikologi Pendidikan. Bandung Bumi Aksara. Sunarto. 1994. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta Rineka Cipta. Husain, Ahmad. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Diunduh dari pada tanggal 26 maret 2015 pukul WIB. Novita, Yulia. 2012. Faktor-faktor Intelektual. Diunduh dari pada tanggal 28 maret 2015 pukul WIB. hallo guys i am jihan rifka nabilla, you can call me jihan, jeje, jian whatever you want. i live in bandarlampung, i was born on 12 september 1996, now i am a student in lampung university as a future teacher, nice to meet you guys! hope you can visit my blog, happy watching ! Lihat semua pos milik jihannabillanet

faktor pembawaan yang mempengaruhi ditentukan oleh